Thypoid Fever

Thypoid Fever

Salmonella typhosa tersebar luas di dunia akan tetapi lebih lazim di negara dan daerah yang kurang memperhatikan kebersihan baik air maupun makanan. Sehingga besar sekali kemungkinan seseorang terinfeksi tanpa diketahui Tubuh yang kemasukan Salmonella akan terangsang untuk membentuk antibodi yang bersifat spesifik terhadap antigen yang merangsang pembentukannya. Uji serologik pada demam thypoid masih sering dilakukan adalah reaksi Widal.

Petanda Demam Thypoid :
1.      Aglutinin O (somatik)
  • Titer aglutinin O akan naik lebih dulu dan lebih cepat hilang daripada aglutinin H atau Vi, karena pembentukannya T independent sehingga dapat merangsang limposit B untuk mengekskresikan antibodi tanpa melalui limposit T.
  • Titer aglutinin O ini lebih bermanfaat dalam diagnosa dibandingkan titer aglutinin H.
  • Bila bereaksi dengan antigen spesifik akan terbentuk endapan seperti pasir.
  • Titer aglutinin O 1/160 dinyatakan positif demam typhoid dengan catatan 8 bulan terakhir tidak mendapat vaksinasi atau sembuh dari demam typoid dan untuk yang tidak pernah terkena 1/80 merupakan positif.

2.      Aglutinin H (flageller)
  • Titer aglutinin ini lebih lambat naik karena dalam pembentukan memerlukan rangsangan limfosit T .
  • Titer aglutinin 1/80 keatas mempunyai nilai diagnostik yang baik dalam menentukan demam typhoid.
  • Kenaikan titer aglutinin empat kali dalam jangka 5-7 hari berguna untuk menentukan demam tifoid.
  • Bila bereaksi dengan antigen spesifik akan terbentuk endapan seperti kapas atau awan.

3.      Aglutinin Vi (Envelop)
  • Antigen Vi tidak digunakan untuk menunjang diagnosis demam thypoid.
  • Aglutinin Vi digunakan untuk mendeteksi adanya carrier.
  • Antigen ini menghalangi reaksi aglutinasi anti-O antibodi dengan antigen somatik.
  • Selain itu antigen Vi dapat untuk menentukan atau menemukan penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi atau kuman-kuman yang identik antigennya.
Sumber : 
Imunologi, Pusdiknakes, untuk Sekolah Menengah Analis Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 1989, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar