Peningkatan Dosis Epoetin, Kadar Hemoglobin dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Akhir dan Mortalitas

Target kadar Hemoglobin (Hb) yang terlampau tinggi pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler. Guideline merekomendasikan target kadar Hb pada pasien PGK sebesar 11,0 g/dL dan sebaiknya tidak melebihi 13 g/dL dengan pemantauan kadar Hb minimal sekali sebulan.

Mekanisme pasti peningkatan penyakit kardiovaskuler akibat target Hb yang terlalu tinggi masih belum jelas. Suatu studi CHOIR (Correction of Hemoglobin and Outcomes in Renal Disease) yang melibatkan 1.421 partisipan menilai pengaruh peningkatan dosis epoetin dan hemoglobin terhadap perubahan tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler.

Dari sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Inrig dan kolega menunjukkan bahwa: pada kelompok pasien dengan kadar Hb yang lebih tinggi, terpantau tekanan darah diastolik rerata yang lebih tinggi. Namun tidak terpantau hubungan dengan tekanan darah sistolik.  Peningkatan dosis epoetin juga secara bermakna berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik secara linear. Peningkatan kadar epoetin) dan peningkatan kadar Hb ( > 1,0 g/dL/bulan) berhubungan dengan  hasil akhir yang lebih buruk. Epoetin : event rate ratio per 1.000 IU dosis mingguan per bulan meningkat sebesar 1,05; p=0,002. Peningkatan kadar Hb : event rate ratio 1,70; p=0,05. Peningkatan tekanan darah diastolik tidak berhubungan dengan perburukan hasil akhir (p=0,7).

Studi yang dipublikasikan dalam  Nephrology Dialysis Transplantation memberikan kesimpulan bahwa target kadar Hb yang lebih tinggi, peningkatan dosis epoetin dan kadar Hb berhubungan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan hasil akhir yang lebih buruk. Namun peningkatan tekanan darah diastolik tidak berhubungan dengan perburukan hasil akhir.(HSD)





Image: Ilustrasi
Referensi:
1. Inrig JK, et al. Impact of higher hemoglobin targets on blood pressure and clinical outcomes: a secondary analysis of CHOIR.Nephrol Dial Transplant.2012; doi : 10.1093/ndt/gfs123
2. American Journal of Kidney Diseases.KDOQI clinical practice guidelines and clinical practice recommendations for anemia in chronic kidney disease.2006;47(5)

Baca SelengkapnyaPeningkatan Dosis Epoetin, Kadar Hemoglobin dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Akhir dan Mortalitas

Identifikasi Karbohidrat

Identifikasi Karbohidrat

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis, disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energi, pemanis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun, baik untuk yang terkena konstipasi (sembelit), dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya.


Uji Anthrone


  • Siapkan 12 buah tabung reaksi yang masih bersih dan telah di bilas dengan aquadest, serta di beri nomor 1 - 12, ke dalam masing - masing tabung reaksi di masukkan 2 ml pereaksi Anthrone
  • Ke dalam tabung 1 di masukkan 0,2 ml aquadest (untuk blanko pereaksi) dan ke dalam tabung no 2 - 12 masing - masing di masukkan 0,2 ml larutan arabinosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, sakarosa 1% amilum 1%, gom arab 1% (untuk kontrol positif) masing - masing larutan segera di campur dengan menggoyang - goyangkan tabung reaksi
  • Perhatikan perubahan warna yang terjadi pada masing - masing tabung (hasil reaksi : terbentuk senyawa yang berwarna hijau atau biru kehijauaan)



Uji Seliwanoff


  • Ke dalam 14 tabung reaksi yang bersih serta di beri nomor 1 - 14, ke dalam masing - masing tabung reaksi di masukkan 2,5 ml pereaksi Seliwanoff
  • ke dalam tabung 1 di masukkan 5 tetes aquadest (untuk blanko pereaksi) dan ke dalam tabung no 2 - 3 masing - masing di masukkan 5 tetes fruktosa 1% dan sakarosa 1% (untuk kontrol positif)
  • dan ke dalam tabung no 4 - 12 di masukkan 5 tetes larutan arabinosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, manosa 1%, laktosa 1% maltosa 1%,, maltosa 1%, maltosa 1%, dekstrin 1%,  gom arab 1%  (untuk kontrol negatif)
  • masing - masing larutan di campur dengan cara menggoyang - gayangkan tabung reaksi
  • dengan menggunakan penjepi tabung, masing - masing tabung di panaskan di atas pembakar bunsen secara hati - hati selama 20 detik atau dalam penangas air mendidih selama 1 menit
  • di amati terbentuknya warna merah ceri pada masing - masing tabung



Uji Molisch


  • Siapkan 12 buah tabung reaksi yang masih bersih dan telah di bilas dengan aquadest, serta di beri nomor 1 - 12, ke dalam masing - masing tabung reaksi 1 di masukkan 5 ml aquadest (untuk blanko pereaksi)
  • Ke dalam tabung no 2 - 12 masing - masing di masukkan 5 ml larutan arabinosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, sakarosa 1% amilum 1%, dekstrin 1%,  gom arab 1% (untuk kontrol positif) masing - masing larutan segera di campur dengan menggoyang - goyangkan tabung reaksi
  • Ke dalam masing - masing tabung di masukkan 2 tetes larutan pereaksi Molisch segar, larutan di campur dengan cara mengoyang - goyangkan tabung reaksi
  • Ke dalam masing - masing tabung 1 -12, di masukkan 2,5 ml H2SO4 pekat secara perlahan - lahan melalui dinding tabung (hindari tabung tergoyang) . segera (sampai 5 menit setelah penambahan H2SO4 pekat) di amati terbentuknya cincin coklat pada bidang batas dua larutan dari masing - masing tabung



Uji Iodin


  • siapkan 1 buah plat tetes 12 lubang yang bersih dan telah di bilas dengan aquadest serta di beri nomor 1 - 12 pada setiap lubang
  • ke dalam tabung 1 di masukkan 1 tetes aquadest (untuk blanko pereaksi) dan ke dalam tabung 2 - 10 masing - masing di masukkan 1 tetes larutan arabinosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, sakarosa 1%, gom arab 1%  dan ke dalam tabung 11 - 12 masing - masing di masukkan satu tetes amilum 1%, dekstrin 1% (di gunakan sebagai kontrol positif) serta 1 tetes HCl 1N ke dalam masing - masing lubang
  • ke 12 larutan di campur dengan menggunakan tusuk gigi (1 ujung tusuk gigi di pergunakan untuk satu lubang plat tetes) atau dengan cara mengoyang - goyangkan plat tetes
  • ke dalam masing - masing larutan di atas di tambahkan 1 tetes larutan atau menggunakan tusuk gigi yang lain
  • segera amati perubahan warna yang terjadi pada masing - masing lubang plat tetes (amilum berwarna merah coklat / merah anggur)


Uji Tollens
  • ke dalam 12 buah  tabung reaksi yang bersih dan telah di beri no 1 -12 masing - masing di masukkan 3 ml larutan AgNO3  0,1 N dan beberapa tetes larutan NH4OH  4N sampai endapan melarut kembali
  • ke dalam tabung no 1  masukkan 3 ml aquadest (untuk blanko pereaksi) ke dalam tabung no 2 - 8 masing - masing di masukkan 3 ml larutan arabinosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, manosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1% (juga di gunakan untuk kontrol positif) dan dalam tabung reaksi no 9 - 12 masing - masing di masukkan 3 ml larutan sakarosa 1%, amilum 1% gom arab 1% (juga di gunakan sebagai kontrol negatif)
  • masing - masing larutan di campur dengan cara menggoyang - goyangkan tabung reaksi . dengan menggunakan penjepit tabung, masing - masing tabung reaksi di panaskan di atas pembakar bunsen secara hati -hati
  • di amati terbentuknya lapisan cermin pada masing - masing dinding tabung
Uji Osazon
  • ke dalam 12 buah  tabung reaksi yang bersih dan telah di beri no 1 -12 masing - masing di masukkan 2 ml larutan  pereaksi Osazon
  • ke dalam tabung no 1  masukkan 2 ml aquadest (untuk blanko pereaksi) ke dalam tabung no 2 - 8 masing - masing di masukkan 2 ml larutan arabinosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1%, manosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1% (juga di gunakan untuk kontrol positif) dan dalam tabung reaksi no 9 - 12 masing - masing di masukkan 2 ml larutan sakarosa 1%, amilum 1%, dekstrin 1%, gom arab 1% (juga di gunakan sebagai kontrol negatif)
  • masing - masing tabung di tutup dengan aluminium foil dan di beri selotip, kemudian larutan di campur dengan cara menggoyang - goyangkan tabung reaksi . seluruh tabung di panaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit
  • dengan menggunakan pipet tetes bersih sedikit endapan / kristal di pindahkan ke kaca objek, lalu di amati dengan menggunakan mikroskop
  • diamati perubahan warna yang terjadi pada masing - masing jenis monosakarida, setelah di amati secara mikroskopis 




Baca SelengkapnyaIdentifikasi Karbohidrat

Sedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Sedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Metode : Sternheimer Malbin Stains

Tujuan : Untuk mengetahui komponen dan jenis sedimen dalam urine

Prinsip : Berat jenis unsur-unsur organik dan anorganik lebih besar dari berat jenis cairan urine, sehingga bila disentrifuge unsur-unsur tersebut akan mengendap, kemudian diwarnai menggunakan zat warna dan diperiksa di bawah mikroskop, dihitung per lapang pandang kecil dan besar.

Alat dan Reagensia :
- Tabung sentrifuge
- Pipet tetes
- Objek gelas
- Cover gelas
- Mikroskop
- Sentrifuge
- Zat Warna Sternheimer Malbin :

Sampel : Urine

Cara Kerja :
  • Dikocoklah urine dalam botol supaya bila sedimen yang mengendap akan tercampur rata.
  • Dituang urine ke dalam tabung sebanyak 12 mL dan di sentrifuge sampel tersebut selama 5 menit pada 1500 rpm.
  • Dituang/dibuang urine hingga tersisa 1 mL (sediment urine) atau hingga cairan tersisa sedikit.
  • Ditambahkan 1 tetes Zat Warna Sternheimer Malbin, kocok hingga homogen.
  • Diambil sedikit sampel sediment urine yang telah dicampur dengan Sternheimer Malbin dengan pipet tetes, buat sediaan di Objek glass.
  • Tutup atas sediaan dengan deck glass.
  • Amati sampel slide dengan mikroskop pada pembesaran 10 x dan 40 x.
  • Lakukan penghitungan komponen sedimen yang ditemukan menurut aturan yang telah ditetapkan.
Penilaian :
- Eritrosit dan leukosit dihitung selnya per LPB
- Unsur sedimen lainnya dinilai dengan derajat positif :
  • Positif satu (+) : Bila jumlahnya sedikit
  • Positif dua (++) : Bila jumlahnya banyak
  • Positif tiga (+++) : Bila jumlahnya banyak sedikit.

Nilai Normal :
  • Eritrosit : 0-1/LPB
  • Leukosit : 0-3/LPB
  • Epitel Squamous : 10-15/LPK
  • Epitel Bulat : Tidak ada
  • Epitel Transisional : 1-5/LPK
  • Bakteri/parasit : Tidak ditemukan
Cara Pembacaan dan Pelaporan :
Cara pembacaan dan pelaporan dapat dilakukan berdasarkan atas unsur yang dihitung per lapang pandang kecil (LPK dan lapang pandang besar (LPB).
1. Pembesaran 10 x/LPK=Lapang Pandang Kecil
    a. Silinder/Cast/Torak terdiri dari :
  • Silinder Hialin /LPK
  • Silinder Granular Halus /LPK
  • Silinder Granular Kasar /LPK
  • Silinder Leukosit /LPK
  • Silinder Lilin /LPK
  • Silinder Fatty /LPK
  • Silinder Epithelia /LPK
  • Silinder Hemoglobin /LPK
  • Silinder Eritrosit /LPK
  • Silinder Bilirubin /LPK
  • Silindroid /LPK
  • Lain-lain Silinder /LPK
   b. Sel Epithel
  • Epithel Squamous /LPK
  • Epithel Renal Tubuli /LPK
  • Epithel Transisional /LPK
  c. Kristal
  • Calcium oxalat -, +, ++, +++
  • Amorf Urat -, +, ++, +++
  • Asam urat -, +, ++, +++
  • Tripel fosfat -, +, ++, +++
  • Amorf fosfat -, +, ++, +++
  • Amonium urat -, +, ++, +++
  • Natrium urat -, +, ++, +++
  • Calcium sulfat -, +, ++, +++
  • Sulfa (jenisnya) -, +, ++, +++
  • Amorf Urat -, +, ++, +++
  • Amonium biurat -, +, ++, +++
  • Lain-lain -, +, ++, +++
   d. Kristal Patologis
  • Cystine -, +, ++, +++
  • Leusine -, +, ++, +++
  • Tyrosine -, +, ++, +++
  • Bilirubin -, +, ++, +++
  • Cholesterol -, +, ++, +++
   e. Mikroorganisme
  • Bakteria -, +, ++, +++
  • Yeast Cell -, +, ++, +++
  • Hifa Candida sp. -, +, ++, +++
  • Trichomonas vaginalis - atau +
  • Spermatozoa - atau +
  • Mites - atau +
  • Aspergillus - atau +
  • Pthyrus pubis - atau +
  • Sarcoptes Scabei - atau +
   f. Telur Cacing
  • Telur Trichuris - atau +
  • Telur Schistosoma haematobium - atau +
  • Telur Enterobius vermicularis - atau +
  • Telur Fasciola hepatica - atau +
   g. Others
  • Mucus Thread (Benang Lendir) - atau +
  • Other Crystals -, +, ++, +++
2. Pembesaran 40 x/LPB=Lapang pandang Besar
    a. Leukosit /LPB
    b. Eritrosit /LPB
    c. Sel Glitter (Leukosit Ginjal) /LPB
    d. Oval Fat Bodies /LPB


Hifa / Jamur
(berbentuk bulat warna putih - putih)

Silinder Leukosit

Sel Epitel Squamous

Sel Epitel Squamous

Silinder Granula Halus

Oval Fat Bodies dan Silinder Granula Kasar

Sel Epitel Squamous

Silinder Leukosit

Silinder Granula Halus

Trichomonas Vaginalis

Phthirius Pubis / Kutu Pubis


Baca SelengkapnyaSedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Karakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

Karakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

  • Basofil
Sel ini menyerap zat warna basa sehingga dinamakan basofil, sehingga mempunyai sifat basofilik. 
Ciri - ciri sebagai berikut :

- Besarnya sel : 8 - 14 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
   o Bentuk inti : Tidak jelas karena tertutup oleh granula-granula.
   o Warna inti : Kebiru-biruan.
   o Kromatin : Kasar
   o Membran inti : ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Sedang
  o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula : Sedikit atau banyak, kasar tidak sama besar, warna biru tua atau gelap.
- Granula : Mengandung Mukopolisakarida, Histamin.
- Fungsi : Dalam reaksi Alergi, reaksi Hipersensitifitas, meningkat dalam infeksi virus tertentu.


  • Eosinofil
Sel ini menyerap zat warna eosin yang bersifat asam sehingga dinamakan eosinofil, sehingga mempunyai sifat eosinofilik. 

Ciri - ciri sebagai berikut :
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
   o Bentuk inti : Bersegmen (2 - 3 lobi)
   o Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
   o Kromatin : Kasar
   o Membran inti : ada
   o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange kemerahan kuning-kuning mengkilap (bronze).
- Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator inflamasi dan histaminasi.
- Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi akibat respon Imunologik. Eosinophil mampu melakukan fagositosis tetapi tidak mampu membunuh kuman.



  • Neutrohil Stab (Batang)
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
  o Bentuk inti : Bentuk batang.
  o Warna inti : Biru keunguan (agak pucat)
  o Kromatin : Kasar bergerombol
  o Membran inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil.
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Biasa oxyphil, namun ada juga basophil atau Neutrophilic. Tersebar halus homogen.
- Fungsi : Melakukan Fagositosis


  • Neutrofil Segmen
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
  o Bentuk inti : Bersegmen (2 - 3 lobi)
  o Warna inti : Biru pucat keunguan
  o Kromatin : Kasar lebih kompak.
  o Butir inti (nucleoli) : tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
  o Perinuklear Zone : Tidak ada
  o Granula dalam sitoplasma : Tersebar halus dan berwarna ungu (neutrofilic).

- Fungsi : Melakukan fagositosis.


  • Limposit
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron , Ada yang besar (limposit besar), ada yang sedang (limposit sedang), ada yang kecil (limposit kecil).

- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Eksentrik
  o Bentuk inti : Oval / bulat dan relatif besar.
  o Warna inti : Biru gelap
  o Kromatin : Kompak memadat
  o Membran inti : Kurang jelas terlihat
  o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif sempit
  o Warna sitoplasma : Oxyphil
  o Perinuklear Zone : Umumnya tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Tidak ada. Kalau ada granula disebut granula Azurophil.
- Fungsi : Berhubungan aktifitas imunitas seluler dan imunitas humoral.

  • Monosit
- Besarnya sel : 10 - 22 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Eksentrik
   o Bentuk inti : Menyerupai otak (brain like form)
   o Warna inti : Kemerah-merahan / keunguan
   o Kromatin : Tersusun lebih kasar
   o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar kadang-kadang ada pseudopodia
  o Warna sitoplasma : Biru pucat
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Kadang-kadang ada granula Azurophil
- Fungsi : Melakukan fagositosis.

Baca SelengkapnyaKarakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

Pitiriasis Versicolor

Pitiriasis Versicolor


NON DERMATOFITOSIS
Infeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar , karena jamur ini tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang lapisan kulit bagian luar. Yang termasuk jamur non dermatofitosis antara lain : Pitiriasis versicolor, Tinea nigra palmaris, Piedra.

A. Pitiriasis Versicolor
Pitiriasis Versicolor Disebut juga  Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea versicolor atau Panu disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur. Penyakit ini bersifat kronik , ditandai dengan adanya bercak putih sampai coklat bersisik menyerang pada bagian badan, ketiak, paha, leher, tungkai dan kulit kepala. 

Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. Penderita mengalami kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat atau merah  ( hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang / hitam maka jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda ( hipopigmentasi ). Dengan demikian  warna kulit tampak bermacam-macam ( versicolor).Penderita mengeluh merasa gatal jika berkeringat atau tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita merasa malu karena adanya bercak-bercak pada kulit. Penyebaran jamur ini melalui kontak atau alat- alat pribadi yang terkontaminasi kulit penderita dan  predisposisi kebersihan pribadi.

DIAGNOSA
Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.
  • Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % 
Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek - pendek dan spora bergerombol.
  • Pemeriksaan sinar wood
Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas atau orange.
  • Kultur
Jamur Malazzezia furfur belum dapat dibiakkan pada media buatan.
           
TERAPI
Dengan pemberian salisil / salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol secara oral.  

Sumber : Dari Berbagai Sumber
Baca SelengkapnyaPitiriasis Versicolor

Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis

Class     : Flagellata

Family   : Trichomonadidae

Genus    : Trichomonas

Speciees: Trichomonas vaginalis, Trichomonas hominis, Trichomonas faetus

Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita.

Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.

Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak membetuk cyste.

Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit. Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.

Trichomonas Vaginalis

di temukan dalam sampel urine pasien waktu praktek Kimia Klinik

dengan Pemeriksaan Sedimen Urine

Sumber :

Dari Berbagai sumber
Baca SelengkapnyaTrichomonas vaginalis

Phthirius Pubis / Kutu Pubic


Phthirius Pubis / Kutu Pubic 
Pthirus atau Phthirus pubis (disebut juga Pubic lice atau kutu Pubic) adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar kelamin manusia. Manusia adalah satu-satunya tuan rumah parasit ini. Manusia dapat juga penuh dengan kutu tubuh (Pediculus humanus corporis) dan kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
Kutu Pubic
Kutu Pubic
Kutu Pubic biasanya menular melalui hubungan seksual. Penularan dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute pemakaian handuk, pakaian, tempat tidur atau closets yang sama secara bergantian. Orang dewasa lebih sering terkena daripada anak-anak.
Diagnosis
Kutu Pubic biasanya didiagnosis seksama dengan memeriksa di rambut kemaluan (jembut) apakah terdapat kutu Pubic dalam bentuk telur, anak (nymph), dan kutu dewasa. Kutu dan telur dapat dihilangkan baik dengan memotong seluruh rambut (dengan pengecualian pada daerah mata). Sebuah kaca pembesar atau stereo-mikroskop dapat digunakan untuk identifikasi yang tepat. Jika kutu telah terdeteksi dalam satu anggota keluarga, maka seluruh anggota keluarga harus diperiksa dan perawatan dilakukan untuk orang-orang yang mengidap kutu tersebut.

Informasi klinis
Walaupun salah satu bagian tubuh menjadi koloni kutu ini, mereka tetap lebih menyukai daerah rambut kemaluan dan anal. Pada pasien laki-laki, kutu dan telur juga dapat ditemukan pada rambut di daerah perut, kumis dan janggut. Sementara pada anak-anak mereka biasanya ditemukan di bulu mata.

Gejala
Gejala utamanya adalah gatal, biasanya di daerah jembut. Itu hasil dari sentuhan liur kutu dengan kulit kita, dan (rasa gatal) menjadi semakin kuat pada dua minggu atau lebih. Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau seksual. Oleh karena itu, siapa pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan berakhir dangan kesembuhan.

Gigitan kutu dapat menimbulkan luka pada kulit yang menjadi jalan masuk bagi organisme lainnya sehingga terdapat hubungan yang kuat antara keberadaan kutu pubic dengan IMS. Dalam hal ini adalah keharusan bagi pasien untuk mau diperiksa apakah terjangkit jenis IMS lainnya.
Perawatan
Mencukur habis rambut tidak dapat memastikan kutu dan telurnya hilang keseluruhan. Oleh sebab itu Kutu pubic dapat dibunuh dengan sapuan krim Permethrin 1% dan pyrethrins. Ini dapat digunakan juga untuk wanita hamil. Pengobatan diterapkan pada daerah-daerah yang terkena dampak dan dicuci setelah 10 menit. Resistensi kutu pada obat pyrethroids bisa terjadi. Perawatan kedua setelah 10 hari sangat dianjurkan. Juga penting untuk memastikan bahwa semua tempat tidur dibersihkan. Kain Seprai, sarung bantal, dan segala macam jenis sarung yang berkaitan dengan asesoris tidur harus disisihkan dalam kantong plastik, dimasukkan dan ditutup rapat sehingga tidak ada udara keluar masuk. Penyimpanan dilakukan selama 15 hari sebelum dicuci untuk menghindari reproduksi dan kelangsungan hidup dari telur kutu yang mungkin masih tertinggal.


Kutu Pubic pada bulu mata dapat dirawat dengan formulasi permethrin menggunakan alat khusus medis. Adalah berbahaya untuk mengambil kutu atau telur sendiri (juga menggunting bulu/rambut) di pelupuk mata.

Phthirius Pubis / Kutu Pubic 
di temukan dalam sampel urine pasien waktu praktek Kimia Klinik
dengan Pemeriksaan Sedimen Urine

Sumber :  Wikipedia
Baca SelengkapnyaPhthirius Pubis / Kutu Pubic