Sedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Sedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Metode : Sternheimer Malbin Stains

Tujuan : Untuk mengetahui komponen dan jenis sedimen dalam urine

Prinsip : Berat jenis unsur-unsur organik dan anorganik lebih besar dari berat jenis cairan urine, sehingga bila disentrifuge unsur-unsur tersebut akan mengendap, kemudian diwarnai menggunakan zat warna dan diperiksa di bawah mikroskop, dihitung per lapang pandang kecil dan besar.

Alat dan Reagensia :
- Tabung sentrifuge
- Pipet tetes
- Objek gelas
- Cover gelas
- Mikroskop
- Sentrifuge
- Zat Warna Sternheimer Malbin :

Sampel : Urine

Cara Kerja :
  • Dikocoklah urine dalam botol supaya bila sedimen yang mengendap akan tercampur rata.
  • Dituang urine ke dalam tabung sebanyak 12 mL dan di sentrifuge sampel tersebut selama 5 menit pada 1500 rpm.
  • Dituang/dibuang urine hingga tersisa 1 mL (sediment urine) atau hingga cairan tersisa sedikit.
  • Ditambahkan 1 tetes Zat Warna Sternheimer Malbin, kocok hingga homogen.
  • Diambil sedikit sampel sediment urine yang telah dicampur dengan Sternheimer Malbin dengan pipet tetes, buat sediaan di Objek glass.
  • Tutup atas sediaan dengan deck glass.
  • Amati sampel slide dengan mikroskop pada pembesaran 10 x dan 40 x.
  • Lakukan penghitungan komponen sedimen yang ditemukan menurut aturan yang telah ditetapkan.
Penilaian :
- Eritrosit dan leukosit dihitung selnya per LPB
- Unsur sedimen lainnya dinilai dengan derajat positif :
  • Positif satu (+) : Bila jumlahnya sedikit
  • Positif dua (++) : Bila jumlahnya banyak
  • Positif tiga (+++) : Bila jumlahnya banyak sedikit.

Nilai Normal :
  • Eritrosit : 0-1/LPB
  • Leukosit : 0-3/LPB
  • Epitel Squamous : 10-15/LPK
  • Epitel Bulat : Tidak ada
  • Epitel Transisional : 1-5/LPK
  • Bakteri/parasit : Tidak ditemukan
Cara Pembacaan dan Pelaporan :
Cara pembacaan dan pelaporan dapat dilakukan berdasarkan atas unsur yang dihitung per lapang pandang kecil (LPK dan lapang pandang besar (LPB).
1. Pembesaran 10 x/LPK=Lapang Pandang Kecil
    a. Silinder/Cast/Torak terdiri dari :
  • Silinder Hialin /LPK
  • Silinder Granular Halus /LPK
  • Silinder Granular Kasar /LPK
  • Silinder Leukosit /LPK
  • Silinder Lilin /LPK
  • Silinder Fatty /LPK
  • Silinder Epithelia /LPK
  • Silinder Hemoglobin /LPK
  • Silinder Eritrosit /LPK
  • Silinder Bilirubin /LPK
  • Silindroid /LPK
  • Lain-lain Silinder /LPK
   b. Sel Epithel
  • Epithel Squamous /LPK
  • Epithel Renal Tubuli /LPK
  • Epithel Transisional /LPK
  c. Kristal
  • Calcium oxalat -, +, ++, +++
  • Amorf Urat -, +, ++, +++
  • Asam urat -, +, ++, +++
  • Tripel fosfat -, +, ++, +++
  • Amorf fosfat -, +, ++, +++
  • Amonium urat -, +, ++, +++
  • Natrium urat -, +, ++, +++
  • Calcium sulfat -, +, ++, +++
  • Sulfa (jenisnya) -, +, ++, +++
  • Amorf Urat -, +, ++, +++
  • Amonium biurat -, +, ++, +++
  • Lain-lain -, +, ++, +++
   d. Kristal Patologis
  • Cystine -, +, ++, +++
  • Leusine -, +, ++, +++
  • Tyrosine -, +, ++, +++
  • Bilirubin -, +, ++, +++
  • Cholesterol -, +, ++, +++
   e. Mikroorganisme
  • Bakteria -, +, ++, +++
  • Yeast Cell -, +, ++, +++
  • Hifa Candida sp. -, +, ++, +++
  • Trichomonas vaginalis - atau +
  • Spermatozoa - atau +
  • Mites - atau +
  • Aspergillus - atau +
  • Pthyrus pubis - atau +
  • Sarcoptes Scabei - atau +
   f. Telur Cacing
  • Telur Trichuris - atau +
  • Telur Schistosoma haematobium - atau +
  • Telur Enterobius vermicularis - atau +
  • Telur Fasciola hepatica - atau +
   g. Others
  • Mucus Thread (Benang Lendir) - atau +
  • Other Crystals -, +, ++, +++
2. Pembesaran 40 x/LPB=Lapang pandang Besar
    a. Leukosit /LPB
    b. Eritrosit /LPB
    c. Sel Glitter (Leukosit Ginjal) /LPB
    d. Oval Fat Bodies /LPB


Hifa / Jamur
(berbentuk bulat warna putih - putih)

Silinder Leukosit

Sel Epitel Squamous

Sel Epitel Squamous

Silinder Granula Halus

Oval Fat Bodies dan Silinder Granula Kasar

Sel Epitel Squamous

Silinder Leukosit

Silinder Granula Halus

Trichomonas Vaginalis

Phthirius Pubis / Kutu Pubis


Baca SelengkapnyaSedimen Urine Metode Pewarnaan (Stainning)

Karakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

Karakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

  • Basofil
Sel ini menyerap zat warna basa sehingga dinamakan basofil, sehingga mempunyai sifat basofilik. 
Ciri - ciri sebagai berikut :

- Besarnya sel : 8 - 14 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
   o Bentuk inti : Tidak jelas karena tertutup oleh granula-granula.
   o Warna inti : Kebiru-biruan.
   o Kromatin : Kasar
   o Membran inti : ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Sedang
  o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula : Sedikit atau banyak, kasar tidak sama besar, warna biru tua atau gelap.
- Granula : Mengandung Mukopolisakarida, Histamin.
- Fungsi : Dalam reaksi Alergi, reaksi Hipersensitifitas, meningkat dalam infeksi virus tertentu.


  • Eosinofil
Sel ini menyerap zat warna eosin yang bersifat asam sehingga dinamakan eosinofil, sehingga mempunyai sifat eosinofilik. 

Ciri - ciri sebagai berikut :
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
   o Bentuk inti : Bersegmen (2 - 3 lobi)
   o Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
   o Kromatin : Kasar
   o Membran inti : ada
   o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange kemerahan kuning-kuning mengkilap (bronze).
- Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator inflamasi dan histaminasi.
- Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi akibat respon Imunologik. Eosinophil mampu melakukan fagositosis tetapi tidak mampu membunuh kuman.



  • Neutrohil Stab (Batang)
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
  o Bentuk inti : Bentuk batang.
  o Warna inti : Biru keunguan (agak pucat)
  o Kromatin : Kasar bergerombol
  o Membran inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil.
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Biasa oxyphil, namun ada juga basophil atau Neutrophilic. Tersebar halus homogen.
- Fungsi : Melakukan Fagositosis


  • Neutrofil Segmen
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron
- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
  o Bentuk inti : Bersegmen (2 - 3 lobi)
  o Warna inti : Biru pucat keunguan
  o Kromatin : Kasar lebih kompak.
  o Butir inti (nucleoli) : tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
  o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
  o Perinuklear Zone : Tidak ada
  o Granula dalam sitoplasma : Tersebar halus dan berwarna ungu (neutrofilic).

- Fungsi : Melakukan fagositosis.


  • Limposit
- Besarnya sel : 10 - 15 mikron , Ada yang besar (limposit besar), ada yang sedang (limposit sedang), ada yang kecil (limposit kecil).

- Inti sel
  o Letaknya dalam sel : Eksentrik
  o Bentuk inti : Oval / bulat dan relatif besar.
  o Warna inti : Biru gelap
  o Kromatin : Kompak memadat
  o Membran inti : Kurang jelas terlihat
  o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif sempit
  o Warna sitoplasma : Oxyphil
  o Perinuklear Zone : Umumnya tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Tidak ada. Kalau ada granula disebut granula Azurophil.
- Fungsi : Berhubungan aktifitas imunitas seluler dan imunitas humoral.

  • Monosit
- Besarnya sel : 10 - 22 mikron
- Inti sel
   o Letaknya dalam sel : Eksentrik
   o Bentuk inti : Menyerupai otak (brain like form)
   o Warna inti : Kemerah-merahan / keunguan
   o Kromatin : Tersusun lebih kasar
   o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada

- Sitoplasma
  o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar kadang-kadang ada pseudopodia
  o Warna sitoplasma : Biru pucat
  o Perinuklear Zone : Tidak ada

- Granula dalam sitoplasma : Kadang-kadang ada granula Azurophil
- Fungsi : Melakukan fagositosis.

Baca SelengkapnyaKarakteristik Leukosit Darah Tepi Normal

Pitiriasis Versicolor

Pitiriasis Versicolor


NON DERMATOFITOSIS
Infeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar , karena jamur ini tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang lapisan kulit bagian luar. Yang termasuk jamur non dermatofitosis antara lain : Pitiriasis versicolor, Tinea nigra palmaris, Piedra.

A. Pitiriasis Versicolor
Pitiriasis Versicolor Disebut juga  Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea versicolor atau Panu disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur. Penyakit ini bersifat kronik , ditandai dengan adanya bercak putih sampai coklat bersisik menyerang pada bagian badan, ketiak, paha, leher, tungkai dan kulit kepala. 

Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. Penderita mengalami kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat atau merah  ( hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang / hitam maka jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda ( hipopigmentasi ). Dengan demikian  warna kulit tampak bermacam-macam ( versicolor).Penderita mengeluh merasa gatal jika berkeringat atau tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita merasa malu karena adanya bercak-bercak pada kulit. Penyebaran jamur ini melalui kontak atau alat- alat pribadi yang terkontaminasi kulit penderita dan  predisposisi kebersihan pribadi.

DIAGNOSA
Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.
  • Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % 
Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek - pendek dan spora bergerombol.
  • Pemeriksaan sinar wood
Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas atau orange.
  • Kultur
Jamur Malazzezia furfur belum dapat dibiakkan pada media buatan.
           
TERAPI
Dengan pemberian salisil / salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol secara oral.  

Sumber : Dari Berbagai Sumber
Baca SelengkapnyaPitiriasis Versicolor

Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis

Class     : Flagellata

Family   : Trichomonadidae

Genus    : Trichomonas

Speciees: Trichomonas vaginalis, Trichomonas hominis, Trichomonas faetus

Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita.

Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.

Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak membetuk cyste.

Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit. Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.

Trichomonas Vaginalis

di temukan dalam sampel urine pasien waktu praktek Kimia Klinik

dengan Pemeriksaan Sedimen Urine

Sumber :

Dari Berbagai sumber
Baca SelengkapnyaTrichomonas vaginalis

Phthirius Pubis / Kutu Pubic


Phthirius Pubis / Kutu Pubic 
Pthirus atau Phthirus pubis (disebut juga Pubic lice atau kutu Pubic) adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar kelamin manusia. Manusia adalah satu-satunya tuan rumah parasit ini. Manusia dapat juga penuh dengan kutu tubuh (Pediculus humanus corporis) dan kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
Kutu Pubic
Kutu Pubic
Kutu Pubic biasanya menular melalui hubungan seksual. Penularan dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute pemakaian handuk, pakaian, tempat tidur atau closets yang sama secara bergantian. Orang dewasa lebih sering terkena daripada anak-anak.
Diagnosis
Kutu Pubic biasanya didiagnosis seksama dengan memeriksa di rambut kemaluan (jembut) apakah terdapat kutu Pubic dalam bentuk telur, anak (nymph), dan kutu dewasa. Kutu dan telur dapat dihilangkan baik dengan memotong seluruh rambut (dengan pengecualian pada daerah mata). Sebuah kaca pembesar atau stereo-mikroskop dapat digunakan untuk identifikasi yang tepat. Jika kutu telah terdeteksi dalam satu anggota keluarga, maka seluruh anggota keluarga harus diperiksa dan perawatan dilakukan untuk orang-orang yang mengidap kutu tersebut.

Informasi klinis
Walaupun salah satu bagian tubuh menjadi koloni kutu ini, mereka tetap lebih menyukai daerah rambut kemaluan dan anal. Pada pasien laki-laki, kutu dan telur juga dapat ditemukan pada rambut di daerah perut, kumis dan janggut. Sementara pada anak-anak mereka biasanya ditemukan di bulu mata.

Gejala
Gejala utamanya adalah gatal, biasanya di daerah jembut. Itu hasil dari sentuhan liur kutu dengan kulit kita, dan (rasa gatal) menjadi semakin kuat pada dua minggu atau lebih. Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau seksual. Oleh karena itu, siapa pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan berakhir dangan kesembuhan.

Gigitan kutu dapat menimbulkan luka pada kulit yang menjadi jalan masuk bagi organisme lainnya sehingga terdapat hubungan yang kuat antara keberadaan kutu pubic dengan IMS. Dalam hal ini adalah keharusan bagi pasien untuk mau diperiksa apakah terjangkit jenis IMS lainnya.
Perawatan
Mencukur habis rambut tidak dapat memastikan kutu dan telurnya hilang keseluruhan. Oleh sebab itu Kutu pubic dapat dibunuh dengan sapuan krim Permethrin 1% dan pyrethrins. Ini dapat digunakan juga untuk wanita hamil. Pengobatan diterapkan pada daerah-daerah yang terkena dampak dan dicuci setelah 10 menit. Resistensi kutu pada obat pyrethroids bisa terjadi. Perawatan kedua setelah 10 hari sangat dianjurkan. Juga penting untuk memastikan bahwa semua tempat tidur dibersihkan. Kain Seprai, sarung bantal, dan segala macam jenis sarung yang berkaitan dengan asesoris tidur harus disisihkan dalam kantong plastik, dimasukkan dan ditutup rapat sehingga tidak ada udara keluar masuk. Penyimpanan dilakukan selama 15 hari sebelum dicuci untuk menghindari reproduksi dan kelangsungan hidup dari telur kutu yang mungkin masih tertinggal.


Kutu Pubic pada bulu mata dapat dirawat dengan formulasi permethrin menggunakan alat khusus medis. Adalah berbahaya untuk mengambil kutu atau telur sendiri (juga menggunting bulu/rambut) di pelupuk mata.

Phthirius Pubis / Kutu Pubic 
di temukan dalam sampel urine pasien waktu praktek Kimia Klinik
dengan Pemeriksaan Sedimen Urine

Sumber :  Wikipedia
Baca SelengkapnyaPhthirius Pubis / Kutu Pubic

Entomologi

Entomologi

Entomologi berasal dari kata : entomon yang mempunyai arti serangga dan logos yang berarti ilmu / pengetahuan. Jadi entomologi ialah ilmu yang mempelajari tentang serangga dan binatang yang termasuk Phylum Arthropoda.

Arthropoda adalah golongan binatang yang beruas-ruas / berbuku-buku. Sedangkan Arthropoda itu sendiri berasal dari kata : arthron yang berarti ruas-ruas dan podea yang berarti kaki.

Menurut pengertian arti entomologi tersebut di atas sangat luas sekali, oleh karena itu di dalam hal ini utnuk mempermudah cara mempelajari dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
  •  Entomologi Kedokteran         =          Medical Entomology
  •  Entomologi Kehewanan         =          Vetarinary Entomologi
  • Entomologi Pertanian              =          Agricultural Entomology

Dari ketiga golongan tersebut yang paling penting bagi kita yaitu : Entomologi Kedokteran, karena mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan manusia.


Di dalam entomologi kedokteran ini ada beberapa pokok yang perlu dipelajari, yakni :
I.       Peranan Arthropoda dalam ilmu kedokteran.
II.    Arthropoda sebagai vektor / penular penyakit.
III. Arthropoda hubungan dengan penyakit.

I.          PERANAN ARTHROPODA DALAM ILMU KEDOKTERAN 
Arthropoda mempunyai peranan yang penting dalam ilmu kedokteran, karena:
1.      Menularkan penyakit.
2.      Menyebabkan gangguan sebagai parasit.
3.      Mengandung zat-zat toksin/racun.
4.      Menyebabkan alergi bagi mereka yang rentan.
5.      Menimbulkan entomophobia.
  
1.      Menularkan penyakit.
Arthropoda dapat menularkan penyakit ada 2 macam cara, yakni :
1.   Penularan mekanis.
    Penularan ini serangga hanya bertindak sebagai alat pemindah penyakit/mikro organisme yang pasif, dan adanya serangga tidak mempunyai arti yang paling penting dalam kelanjutan hidupnya mikro organis/parasit yang di tularkan. Jadi penularanini melalui anggota badannya.
Contoh : Penyakit yang di sebabkan oleh golongan Amoeba dan  vektor penularnya adalah golongan lalat rumah (muaca) dan lalat lapangan (fildhflien).
2.    Penularan Biologis.
      Penularan ini serangga bertindak sebagai tuan rumah/hospes, dan adanya serangga sangat diperlukan untuk kelanjutan hidupnya mikroorganisme/parasit yang ditularkan. Di dalam penularan ini dapat di bedakan menjadi :
1. Cara propagatif.
Penularan ini didahului oleh berkembang biaknya mikro organis di dalam serangga. Atau dapat dikatakan, di dalam serangga mikro organis berkembang biak sebelum ditularkan dan tidak mengalami perubahan bentuk.
Contoh : - Penyakit pes dan serangga sebagai vektornya adalah golongan pinjal tikus (Xenopaylla spp)
-       Penyakit demam berdarah atah DHF (Dengue Haemorragio Fever) dan vektor penularnya adalah golongan nyamuk Aedes (A. aegypti, A. albopictus)

2. Cara cyclo propagatif.
Penularan ini didahului oleh berkembang biaknya mikro organis dan perubahan bentuk di dalam serangga. Dalam arti kata lain, yaitu mikro organis di dalam tubuh serangga selain berkembang biak, juag mengalami perubahan bentuk.
Contoh :   -   Penyakit malaria dan vektor penularnya adalah  golongan nyamuk Anopheles.
 -  Penyakit kala azar dan vektor penularnya yaitu golongan lalat penghisap darah (phlabotanus).

3. Cara cyclo developmental.
Penularan ini didahului oleh pertumbuhan mikro organis di dalam tubuh serangga. Jadi mikro organis di dalam tubuh serangga hanya mengalami pertumbuhan saja/bertambah besar (berganti stadium).
Contoh :  
-  Penyakit filariasis dan vektor penularnya adalah golongan nyamuk Mansonia, Culer, Aedes dan Anopheles.
-   Penyakit Onchocarciasis dan Acanthocheilaneciasis dengan vektor penularnya adalah golongan lalat penghisap darah (Simulium, Culicoides).

4.   Cara keturunan.
Penularan ini melalui keturunannya. Jadi serangga yang pertama kali mengandung mikro organis/parasit tidak dapat menularkan, yang dapat menularkan adalah keturunannya.
Contoh : 
-  Penyakit scrud typhus dengan vektor penularnya adalah  golongan tungau/mites.

2.      Menyebabkan gangguan sebagai parasit.
1.       Sebagai endoparasit
Parasit yang bersarang di dalam jaringan tubuh.
Contoh : penyakit Myiasis yang disebabkan oleh golongan larva lalat.
2.        Sebagai ektoparasit
Parasit hidup pada permukaan tubuh tuan rumah/hospes dan tidak pindah-pindah.
Contoh : tungau, tumo, pinjal.
3.       Sebagai parasit permanen
Parasit pada umumnya hidup dari satu tuan rumah dan tidak pindah-pindah.
Contoh : tumo dan pinjal.
4.       Sebagai parasit tidak permanen
       Parasit yang hidupnya berpindah-pindah dalam satu tuan rumah ke tuan rumah yang lain. Contoh : nyamuk, kutu busuk.

3.      Mengandung zat-zat toksin/racun.
Arthropoda mengeluarkan toksin yang berbahaya. Dan ada beberapa macam cara, toksin dapat dimasukkan dengan jalan :
1.       Melalui gigitan = kelabang, laba-laba.
2.       Melalui sengatan = lebah, kalajengking.
3.       Melalui tusukan = nyamuk, kutu busuk.
4.       Kontak langsung = ulat.

4.      Menyebabkan alergi bagi mereka yang rentan.
1.       Bulu sayap mayflay (Ephecerotera) dapat menimbulkan alergi, gangguan pernapasan, sesak napas.
2.       Tusukan nyamuk dapat menyebabkan gatal-gatal yang mungkin diikuti dengan infeksi skunder.

5.      Menimbulkan entomophobia.
1.  Perubahan kebiasaan orang pada suatu tempat/daerah, karena gangguan serangga nyamuk.
2.  Gangguan fikiran, karena mengkhayalkan penyakit yang mungkin timbul.
3. Perasaan ngeri, karena takut adanya bentuk serangga.

II.          ANTHROPODA SEBAGAI VEKTOR PENULAR PENYAKIT.

      Phylum Arthropoda yang tersebar luas dan bermacam-macam ragam mempunyai spesies yang lebih banyak dari pada phylum lain yang termasuk alam binatang. Stadium dewasa dan stadium larva Arthropoda dapat merugikan/ menganggu kesehatan manusia dengan cara : menularkan penyakit, menimbulkan gangguan sebagai parasit, mengandung toksin, menimbulkan alergi bagi mereka yang rentan dan menimbulkan entemophobia.


Morfologi :

      Arthropoda bersifat simetri bilateral, mempunyai badan beruas-ruas, mempunyai anggota badan yang beruas-ruas pula dan mempunyai lapisan kulit luar luar (exoscelet) yang keras dan kuat.

        
        Pernafasan pada golongan yang hidup dalam air dilakukan dengan insang dan yang hidup di darat dan udara dengan trachea, yaitu suatu tabung yang berasal dari lapisan luar yang masuk ke dalam.
     
      Phylus Arthropoda mempunyai ± 13 kelas, tetapi untuk entomologi kedokteran hanya 5 kelas yang di anggap penting, yakni :
1.      Kelas Hexapoda (Insekta)
2.      Kelas Arachnida
3.      Kelas Crustacea
4.      Kelas Diplopoda
       5.   Kelas Chilopoda

Sumber : Dari Berbagai Sumber
Baca SelengkapnyaEntomologi