II. TANGGAL PRAKTIKUM :
III. METODE : Slide Aglutinasi
IV. TUJUAN : untuk mendeteksi adanya antigen bakteri Salmonella sp dalam serum pasien yang
dapat menyebabkan demam thypoid
V. PRINSIP : Terjadi reaksi Aglutinasi antara antigen
bakteri Salmonella sp yang terdapat
dalam reagen dengan antibody yang terdapat dalam serum pasien
VI. DASAR TEORI
Prinsip
pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur
dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin).
Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum,
maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Tekhnik
pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran
(slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit
dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang
biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak
digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat
dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji
widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah
endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang
mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen
local, terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan antigen
S.typhi O dan H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk
dipakai di laboratorium yang tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk
membantu menegakkan diagnosis Demam
tifoid.
Pada
pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
·
Antigen
O
Antigen
O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur
kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan
100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
·
Antigen
H
Antigen
H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang
juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan
di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.
·
Antigen
Vi
Antigen
Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari
fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama
1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan
untuk mengetahui adanya karier.
·
Outer
Membrane Protein (OMP)
Antigen
OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan
sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein
nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP
D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut
dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada
suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan
lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum
diketahui dengan jelas.
Salah
satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan
kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang
mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan
mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan
alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H
S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer
widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
·
Peningkatan
titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
·
Titer
1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan
titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
·
Jika
1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.
Interprestasi
tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas, stadium
penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat
mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat
(daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang
digunakan.
Tes
Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat negative
palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.
Tes
Widal negative palsu dapat terjadi pada:
1.
Carrier
tifoid
2.
Jumlah
bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibody pada host.
3.
Pasien
sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya
Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:
1.
Imunisasi
dengan antigen Salmonella
2.
Reaksi
silang dengan Salmonella non tifoid
3.
Infeksi
malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain
VII.
PRA
ANALITIK
A. Persiapan
pasien : tidak ada persiapan khusus
Perisapan sampel : Serum
B. ALAT
-
Batang pengaduk
-
Mikropipet (40ul, 20ul, 10ul, 5ul)
-
Tabung sentrifuge
-
Tip kuning
-
Sentrifuge
C. BAHAN
-
Alkohol
70% dan kapas
-
Reagen widal/Tydal
-
Spoit 3 ml
VIII.
Prosedur Kerja
1. Disiapkan
slide yang kering dan bersih dengan 4(empat) lingkaran
2. Dengan
mikropipet dimasukkan reagen Tydal
dengan volume 40ul ke dalam lingkaran-lingkaran tadi.
3. Selanjutnya
dimasukkan serum denag tingkat titer 1/80 degan volume sampel 20ul.
4. Di
campur dan di goyang
5. Apabila
hasil (+) aglutinasi, dilanjutkan lagi dengan tingkatan titer selanjutnya yaitu
1/160 dan 1/320
6. Di
campur dan di goyang.
7. Catat
dan laporkan hasil
Catatan : pemeriksaan tidak boleh dilakukan dengan waktu
lebih dari 1 menit, karena apabila lebih dapat menimbulkan hasil positif palsu.
≠ Aglutinasi
20 µl serum
ditambah 40 µl Antigen
Ringan
Aglutinasi
(1/80) Jumlah antibodi
≠ Aglutinasi
1. 10 µl serum
ditambah 40 µl Antigen
Sedang
Aglutinasi
(1/160)
≠ Aglutinasi
2. 5 µl serum
ditambah 40 µl Antigen
Berat
Aglutinasi
(1/320)
IX.
Interpretasi Hasil
No
|
Type
Salmonella sp
|
Antigen
O
|
Antigen
H
|
Antigen
AH
|
Antigen
BH
|
1
2
3
4
|
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
|
Aglutinasi
-
-
-
|
-
Aglutinasi
-
-
|
-
-
Aglutinasi
-
|
-
-
-
Aglutinasi
|
Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer
yang tinggi menunjukan infeksi akut
Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di
faksinasi/ pernah terjadi infeksi
Untuk perolehan titer 1/80 : - Pernah
mengalami Typoid : Normal
- Belum pernah Typoid : pemriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
Untuk
perolehan titer 1/160 : - Pernah
mengalami Typoid : pemriksaan
dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
- Belum pernah Typoid : (+) Typoid
Untuk
perolehan titer 1/160 : - Pernah
mengalami Typoid : (+) Typoid
- Belum pernah Typoid : (+) Typoid
X.
HASIL PEMERIKSAAN
NAMA PASIEN : Mr X
JENIS KELAMIN : Laki-laki
UMUR :
21 tahun
HASIL :
Negatif (-) atau tidak terjadi
aglutinasi
XI.
PEMBAHASAN
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin
digunkan sejak tahun 1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk
nmendeteksi bakteri Salmonella sp enteric
yang mengakibatkan typoid.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran (slide test)
dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal
peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya
digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji
widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh
jenis antigen yang digunakan.
Uji ini didasarkan pada reaksi
aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibody pada serum penderita
demam typoid. Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada kenaikan titer, dimana
titer awal atau yang biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/80 yaitu 40ul reagen
+ 20ul serum penderita. Apabila terjadi aglutinasi (+) maka dapat dianjutkan
dengan pemeriksaan titer berikutnya yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul serum
penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan lagi pada titer
berikutnya yaitu 1/320 yatu 40ul reagen +5ul serum penderita, ini adalah titer
tertinggi. Apabila telah mencapai titer 1/320 maka dapat di fonis menderita
demam tifoid. Namun apabila baru mencapai titer 1/80, untuk pasien yang pernah
menderita demam typoid maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien
yang belum pernah mengalami demam typoid
maka perlu dilakukan pemerikasaan berikutnya pada 5-7 hari, untuk melihat
apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160, untuk pasien yang
pernah mengalami demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam jangka
waktu 5-7 hari untuk meluhat kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum
pernah mengalami demam typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu
berlanjut pada titer 1/320.
Untuk pemeriksan uji widal metode slide, pemeriksaan tidak
boleh dilakukan apabila telah melewati 1 menit setelah pencampura reagen dan
serum karena dapta menghasilkan nilai postif palsu yang dikarenakan apabila
lebih dari 1 menit, antibody yang seharusnya tidak berikatan akan berikatan
sehingga terbentuk aglutinasi.\
Menurut beberapa peneliti uji widal
yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah
endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import).
Dari hasil pemriksaan diperoleh
hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan yang
menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum
penah mengalami demam typoid.
XII.
KESIMPULAN
Uji
widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella sp enteric yang mengakibatkan
typoid. Uji widal ini tidak boleh dilakukan lebih dari 1 menit karena dapat
menyebabkan nilai positif palsi.
Dari
pemeriksaan pasien tidak terjadi aglutinasi (-) negative.
0 komentar:
Posting Komentar